Minggu, 19 Februari 2017

                          "Tentang kamu &kacang tujin itu"



Pernah pada suatu masa,kamu begitu terpesona
Pada tiap kelokan dan aliran sungai
Pada teriakan anak-anak penjual makanan
Sebagai penanda hari dan kita harus lekas mandi
Dan kau berkali-kali mengejekku karena itu

"Makanan ini hanya ada di kota yang panas ini"
Ucapku pada suatu hari
Dengan tangan dan mulut mengunyah penuh
Meski terkesan hati-hati sebab aku takut kacang keras kecil itu
Tampa sadar terselip di gigi berlubangku

"Gurih dan enak, sepertinya juga penuh gizi"
Aku setuju dengan pendapat mu itu
Dan pada akhir nya kita akan tertawa entah untuk apa.


     
"Pesan-pesan "


Ini tentang rindu ujarmu
Ini soal waktu sangkalku lantang nyaris teriak
Mata mu nyalang menghantam dadaku yang sesak
Oleh aroma kopi dan asap rokok

Selanjutnya kita tak lelah-lelah mendebat rindu
Lewat pesan-pesan di wastapp dan media sosial yang menjengkelkan itu
Lewat gambar-gambar dan topeng yang kita lekatkan
Penuh senyum dan kepura-puraan
Tak ada yang hendak mengaku duluan
Tidak aku
Tidak kamu
Bahwa kita dua mahluk yang sama -sama asing
Dalam barisan kata yang kita susun dengan rapinya dengan indahnya
Dan pada akhirnya kita terperangkap dalam kelam
Kehilangan jejak yang telah kita tandai

"Senja yang kesekian"

Adalah kita
Yang masih saja setia melangkahkan kaki ditempat yang nyaris sama
Tempat yang katamu menyimpan banyak rindu
Tepat yang kataku penuh duri dan batu
Tempat yang sama-sama tak bisa kita hapus dari peta ingatan

Tak ada yang peduli,atau lebih tepatnya kita mencoba abai
Yang kita tau jalan kedepan tidak sedatar yang kita bayangkan
Ada banyak tanjakan dan batu sandungan
Ada bayak binatang melata disela dedaunan
Hingga alas kaki yang kita kenakan menipis oleh waktu
Daki menebal di kulit mukamu juga rambut kusutku

Hingga senja yang kesekian
Kita bahkan lupa menandai almanak
Sudah seberapa jauhkah perjalanan
Toh pada akhirnya 
Bukan hal mudah bagi kita
Bersikap biasa saja setelah seseorang terluka