“ibu aisah”
By : elly dharmawanti
*
“Aku harus bagaimana
mbak? Sudah cukup sabarku,sudah cukup aku menahan malu dengan tetangga dan
kerabat,sudah cukup pula bohongku pada anak-anak,aku harus bersikap apa lagi??”
Perempuan itu tergugu dengan mata sembam merah dan kuyu.
Ibu aisah,perempuan
setengah baya bertubuh mungil berkulit bersih,datang padaku bukan untuk yang
pertama,ini kesekian kalinya ia berkeluh kesah tentang kelakuan Argis,lelaki
yang telah memberinya empat orang anak,lelaki yang hampir tiga puluh lima tahun
bersama,lelaki yang menoreh luka pada usianya yang nyaris senja.
Kami bertetangga sudah
cukup lama,rumah kami bersebelahan, di kampung ini apapun yang terjadi serapat
apapun kita menyimpan rahasia,ada saja yang tau, bahkan dengan sendirinya menyebar
serupa virus flu. Dan ini tentang
Argis,keluarga paling kaya di kampung ini. Bahkan anak kecilpun mengetahuinya,bukan rahasia lagi jika lelaki
yang sehari hari selalu tampil rapi itu memiliki affair dengan perempuan lain, perempuan yang masih sangat
belia, seusia anak gadis ketiganya. yang lebih celaka,merekapun bertetangga.
Astaga, banyak orang menurut dada, tapi tak bisa berbuat apa apa, bahkan
sekedar menasehati Argis. Tokoh desa, pemuka agama, semua kehilangan akal
mendamaikan pertikaian keluarga.
Perempuan bertubuh mungil
itu, masih saja menangis, bahunya terguncang, aku hanya bisa mengelus pelan
bahunya, berusaha menenangakan dengan sedikit nasehat yang aku sendiri tidak
yakin apakah berguna, nasehat yang hampir sama kuucapkan ketika ia datang
padaku.”sudahlah bu,untuk apa menangis, ibu harus jaga kesehatan juga, akan lebih kasian lagi jika anak anak melihat
ibunya seperti ini, biarkan dan pasrahkan saja dengan yang kuasa,dan yakinkan
diri ibu bahwa apapun yang ibu alami sekarang itu merupakan cobaan buat ibu dan
keluarga” dan perempuan bertubuh mungil
itu masih saja menangis.
Di kampung kami, sudah
cukup lama beredar kabar, mulanya hanya berupa kabar angin yang tak jelas siapa
pertama kali menghembuskannya,ibu aisah
pun awalnya tak percaya, ia hanya menduga itu sengaja disebarkan oleh
saingan – saingan bisnis suaminya, tapi nyatanya makin hari kabar tersebut
makin kian nyata,dan ia semakin curiga,bahkan
diam-diam menyelidiki kebenaran kabar tersebut, juga mulai
menghubung-hubungkan serta mereka –reka beberapa peristiwa yang mulanya ia
anggap hanya kebetulan.
**
Mirna , gadis belia hanya
tamatan sekolah dasar ,meski begitu ia cukup jelita, banyak pemuda mendekati,
banyak yang hendak menjadi pacar, tapi entah kenapa pilihannya jatuh pada Argis, lelaki setengah
baya yang kaya. Banyak orang menduga –
duga banyak yang berprasangka, banyak
pula yang mencibir atau membuang muka ketika berpapasan dengan mirna. Dan mirna acuh saja, seperti tak perduli
dengan sekitar, begitu juga dengan keluarganya, mereka tak pernah peduli ,
bahkan terkesan bangga, bahwa anak
gadisnya akan segera dipinang lelaki kaya, meski mungkin akan jadi istri kedua.
sungguh cinta tak pernah bisa diduga. Tapi benarkah ini cinta? Entahlah karena
sesungguhnya ada hati yang terluka atas keputusan yang diambil Mirna. hati
seorang pemuda yang sejak lama mencintai dia, yang sejak lama membina kasih
dengan mirna, kemudian dicampakkan begitu saja.
***
Seperti malam-malam
yang lain, Agus mengurung diri
dikamarnya yang sempit, hatinya penuh luka,seumur hidup baru kali ini ia
menyesal terlahir begitu miskin,tidak memiliki apa-apa, dan karena alasan itu pula mirna meninggalkannya. mirna,mirna,mirna,
benaknya dipenuhi dengan nama dan wajah mirna, hingga ia sulit memejamkan mata
meski lelah mendera. ia begitu mencintai gadis itu, hingga dunianya runtuh ketika mendengar mirna pergi
meninggalkannya dan memilih argis, lelaki kaya yang lebih pantas menjadi
bapaknya. Lelaki yang dengan tiba-tiba menghancurkan semua mimpinya, lelaki
yang diam-diam menyulut bara.
****
Seperti hari sebelumnya, ibu aisah kembali mengunjungiku
sore ini,tangisnya lebih hebat dari biasanya, ia bahkan tidak bisa berkata-kata,
aku membiarkan perempuan itu menumpahkan segala gundahnya, aku hanya bisa
meranggulnya dalam diam. “celaka mbak, celaka, suamiku semakin gila, ia bahkan
sudah berani meminta restuku untuk menikahi si mirna”setelah reda tangisnya ibu
aisah mulai bercerita. Dan mulutku makin ternganga,tak bias berkata
apa-apa,kubiarkan perempuan itu menangis sesukannya.
*****
Malam gelap gulita, suara
jangkrikpun tak terdengar malam ini,seluruh isi kampung lelap dalam mimpi dan
dingin.tapi tidak di rumah agus.pemuda itu sama sekali tak bisa memejamkan
matanya,pikirannya kacau hatinya dipenuhi bara, tekatnya begitu bulat,sampai kapanpun ia tidak rela mirna
menjadi milik orang lain.Dengan rahang mengeras menahan marah, dalam diam dalam
gelap ia melangkah ke belakang rumah, meraih golok di balik pintu yang biasa ia
gunakan ke ladang,mengasahnya lebih tajam lagi.
******
Esok sorenya ketika
orang-orang kampung melintasi jalan setapak pulang menuju rumah setelah
seharian di ladang, mereka di kejutkan dengan sesosok tubuh telengkup bersimbah
darah tak bernyawa lagi,lebih terkejut ketika menyadari bahwa orang itu argis,lelaki
yang dalam hitungan hari akan segera melangsungkan pernikahannya dengan
mirna.seisi kampung gempar, isak tangis keluarga terdengar memecah sunyi.lantas
bisik-bisik tetangga mulai terdengar dan menduga-duga siapa dibalik ini semua.
Sementara itu jauh di perbatasan kota,meski hatinya diliputi
takut yang sangat luar biasa,Agus melangkah tenang menaiki bus antar propinsi. ( foto : duta suhanda)