|
foto duta suhanda |
Kumbang
bi,Kembang kenangan”
By :
Elly dharmawanti
Ini
bunga masa kecilku,serupa trompet mungil merah dan putih bergelantungan.Bunga
dengan tangkai dan batang yang hijau,bijinya apabila sudah matang akan berwarna
kehitam-hitaman.Orang-orang ada yang menyebut bunga pukul empat,karena sekitar
pukul empat itulah ramai kuncup bunga bermekaran.Kami namai ia Kumbang
dibi,bunga sore hari.
Mungkin
bunga ini tak istimewa,tapi biarpun
begitu ia selalu mendapat tempat dalam ingatanku.ingatan yang mengantarku pada
sore yang sederhana.pernah seorang anak laki-laki kecil meronceng kuntum demi kuntum lantas melingkarkannya
keleher dan kepalaku.Lantas kami bermain hingga lupa waktu,lupa makan,lyupa
segala,sampai akhirnya lantang suara ibu menyuruh segera pulang.
Kumbang bi,kembang
kenangan itu,kau bentangkan peristiwa ketika kami bisa membuat mainan sendiri
dari bahan apa saja; pelepah pisang,kulit jeruk bali,tempurung papaya dan
kelapa,daun nangka menjadi mahkota dan lain sebagainya.Meski sederhana,tapi
senyum kami tak henti bermekaran.Kami juga berkerabat dengan hujan,terik
matahari, air dan lumpur jalan,juga ombak yang tak henti menggapai pantau
jukung.Tapi semua telah berlalu,kini kulihat anak-anak kecil yang lebih suka
berkunjung ke game zone. Andi gila main Play Station dan mobil-mobilan produksi
luar negeri.Atau tengoklah Dewi yang sudah pandai memencet-mencet tombol
telepon genggam, padehal ia belum lulus sekolah dasar.Zaman sudah berubah.
**
Suatu
sore di Tanjung karang,ramai orang memacu kendaraan disepanjang jalan
kartini.semua tampak tergesa-gesa.Mungkin ingin lekas beristirahat,hendak
jalan-jalan,kencan dengan kekasih atau apa saja.Entahlah, kulambatkan laju
mobil ketika masuk sebuah perempatan.Lampu merah menyala.Sembari menunggu lampu
menyala hijau ku nikmati alunan music di mobilku. Tapi tak lama kemudian mataku
tertuju pada serumpun bunga yang bermekaran
diseberang jalan.Bunga yang iondah kokoh dan hijau.
Aku
tercekat, itu kumbang bi ,bunga masa
kecilku.Ingatanku kembali pada sosok bertubuh tegap dengan sorot mata tajam dan
rambut ikal sedikit mengkilap.Aku tersenyum-senyum sendiri.Mengenang anak
lelaki yang selalu menjaga dan menemaniku dari gangguan anak-anak lain. Ia yang
kerap meredakan tangisku kala jatuh dari sepeda. “sini,aku pakaikan bunga ini
di kepalamu”ujar Hendri ketika itu.Tak berselang lama kumbang bi telah melekat dileher dan kepalaku.
Hendri,dimana
kamu sekarang?Apa kamu masih ingat masa-masa itu?Atau malah telah terkubur sejak kita berpisah dulu?gumaku.Suara klakson
kendaraan membuyarkan lamunan.Lampu telah berubah hijau.
Ya,kumbang bi membuat sosok Hendri kembali
hadir ketika rumah tanggaku tak mampu kuselamatkan.Mungkin karena dulu kami
pernah sama-sama berjanji untuk hidup bersama.Tapi barangkali ia sudah
lupa,pasti ia sudah punya anak satu atau dua.Kami berpisah setelah sama-sama
lulus SMP.Keluargaku memutuskan pindah ke Tanjung Karang.Sejak itu tak ada
kabar tentangnya.
Dua
puluh tahun sudah, banyak peristiwa kulewati,tapi ketika kulihat kumbang bi diseberang jalan, Hendri dan
kenangan-kenangan semasa di kampong kembali menyeruak.Semua Nampak masih begitu
jelas,wajahnya,bentuk tubuhnya dan senyumnya.
Ia
sahabat terbaik yang pernah kumiliki atau bahkan mungkin lebih.Ada pendar
dimatanya,ada getar didadaku yang tak bias dicerna nalar oleh anak seusia kami
ketika itu. Entahlah,sekian lama aku seperti tak mengenal lelaki lain.Dia
membuat kamarku penuh bunga,bintang dan kunang-kunang.
***
Tiba-tiba
ada semacam dorongan yang kuat mengusaiku. Hingga kuputar mobil untuk mengambil
arah berbeda.Mobil berbelok arah.Aku tersenyum ketika telinga serasa pekak oleh
suara klakson dari kendaraan di belakangku.Hujan sebentar lagi tumpah.Tapi
niatku sudah bulat,kudatangi lagi area parkir,dimana kumbang bi berada. Kuputuskan tidak segera pulang,kuabaikan langit
yang disesaki awan hitam.Lantas sesampainya disana,aku berjongkok dirimbun
bunga itu.Mataku sibuk mencari biji hitam yang bias kutanam dipekarangan
rumah.Aku tak menemukannya.Ada banyak biji tapi masih sangat muda.Aku tak mau
putus asa. Kusibak rumputan,dan akhirnya kutemukan tunas baru.Lega
rasanya,langit seolah berubah biru.
Kini
kumbang bi tertanam sudah
dihalaman.Sesekali kuperiksa lagi album lama,kunikmati sebuah foto yang
menguning dimakan usia.Foto kami berdua tersenyum malu-malu dalam balutan
seragam putih biru.Sebuah bunga yang sangat istimewa ada diantara kami.Kuhela
napas panjang.
Seperti
biasa,aku disibukkan dengan tugas kantor yang menumpuk,keningku berkerut,tapi
sejujurnya bukan soal pekerjaan yang membuat kepalaku mau pecah.Tapi kumbang bi. Lantas aku berencana cuti
untuk waktu yang cukup lama.Aku ingin mengumpulkan kepingan masa kecilku.
***
Berbekal
beberapa nama kerabat aku membulatkan
tekat kesana.Tak ada yang tahu persis sesungguhnya untuk apa aku mesti
pergi.Aku tidak mau keluarga dan teman-teman menganggap aku gila.Bagaimana
tidak,mungkin aku harus menempuh perjalanan darat selama seharian.Itu bukan hal
mudah dan menyenangkan.Ditambah jalanan yang payah dan tak ada alasan lain pula
kecuali untuk menelusuri kenangan yang mungkin pada akhirnya akan sia-sia. Maka
sempurnalah kegilaanku.
Bus
yang kutumpangi sampai dikota kecamatan.Dua jam perjalanan meski kutempuh untuk
sampai tujuan.Kutembus hutan bukit barisan dengan sedikit waswas.Akhirnya setelah
melewati banyak tanjakan,jalanan yang aspalnya telah mengupas,sampai juga.Kumbang bi dimanakah engkau,mengapa tak
lekas kau sapa aku???
Sepi
Sepi
Hanya
desir angin.hanya daun-daun yang bergoyang.Apakah perjalananku sia-sia? Mengapa
aku tak menemukan apa-apa disini,bahkan petunjuk kecil tentang
keberadaannya,gumaku setelah beberapa jam menelusuri jalan di kampung.
“oh,nak
hendri dan keluarga sudah lama pindah,tidak tahu kemana pindahnya”ujar salah
satu tetangganya.Jawaban yang sama tiap kali aku bertanya pada yang
lainnya.Malah ada yang tidak tahu siapa Hendri. Ternya tidak lama keluarga kami
pindah Hendri juga melakukan hal yang
sama. Masih kutemukan beberapa kumbang bi
dipinggir jalan.Tapi tak ada yang berkalung dan bermahkota kumbang bi seperti dulu. Hampi satu minggu aku mencarinya. Tak ada
hasil.
***
Aku
kembali pada pekerjaan kantor yang menumpuk akhir-akhir ini kerap membuatku
pulang lebih larut.Berkali-kali berharap keajaiban,agar tuhan sedikit bermurah
hati mempertemukanku dengan Hendri.Doa kulantunkan hamper setiap saat.
Nyaris
tengah malam.setelah membereskan pekerjaan,kupacu kendaraan menembus tanjung
karang yang sudah mendengkur.Lembut suara Kenny G mengalun menemaniku melewati
jalan yang sama setiap hari. Tapi mala mini benar-benar sepi,barangkali karena
hujan seharian menyebabkan orang enggan meninggalkan rumah.
Tiba-tiba
jalanan yang tadinya sepi,dipekakkan suara bising beberapa kendaraan
bermotor.Mereka nggapit mobilku.Mengetuk ngetuk jendela kaca.Aku kaget,ada
gelagat buruk.Sebuah sepeda motor melintang di depanku,kuhentikan kendaraan
dengan mendadak.Tiga orang pengendara motor lain turun lantas mnegedor pintu
mobil dan menyeret paksa aku keluar,dengan senjata menempel dileher.napasku
sesak,tangan dan kakiku gemetar.Aku meronta sekuatnya,sementara satu orang
masuk kemobil membongkar dan mengobrak abrik
apa saja yang ada didalamnya.
Entah
dorongan apa yang membuat mataku bersitatap dengan orang yang kini
mengacak-acak mobilku.Sepasang mata itu juga menatapku.Terbelak tak percaya,mulutnya
menggangga,lantas dengan segera ia melompat keluar,menghempas pintu mobil keras-keras dan
berteriak,”siiiiiiiiiiaaaaaaallllllll”. Dia lantas member isyarat kepad
teman-temannya untuk pergi, meninggalkanku yang masih bersimpuh ditanah.
Tangisku
pecah.Aku terkejut. Tapi sungguh kali ini bukan karena keselamatanku nyaris
terancam,bukan karena aku nyaris mendari korban tindak criminal,tapi karena aku
yakin bahwa sepasang mata itu milik Hendri
(dimuat di lampung post 19/12/2010)