Senin, 15 Juni 2015

yang ini ajalah....gak pa2 kok mesti cm gambar #kangendapatkirimanbunga

"perempuan dibibir pantai"



Perempuan di  bibir pantai

Hei  lelaki
Kenapa kau biarkan perempuanmu sendiri
Mununggu hingga membatu
Dibibir pantai seterik itu

“bukan,aku bukan sengaja
Membiarkannya membatu

Lantas
Kenapa masih disitu
Hanya memandang dari ketinggian
Gelombang

“agar ia slalu tau
Betapa ingin aku
Merengkuhnya dalam dekap
Yang paling hangat”




28
“bebai di pinnger lawok”

Hei bakas
Mengapi bang di tagonkon bebaimu nenggalan
Nunggu gegoh batu
Dipingger lawok sepanas sina
“lain,lain nyak sengaja nagankon ya ngebatu”

Terus
Mengapi bang maseh disan
Angkah ngeliak jak langgar ni gelumbang
“in  iya pandai
Terok nihatiku,ngerengkuh iya
Dilom dekap paling handop”

"sepatu kets biru"



“sepatu kets biru”

By : elly dharmawanti
*
Jelas itu bukan aku,kau tau aku tak suka pakai kets warna biru,kau hanya terdiam saja mendengar aku nyeracau mengenai sepasang sepatu kets biru di mobilmu. “itu punya teman yang kebetulan tertinggal selepas jalan-jalan sore tadi” kilahmu,aku tau kamu berbohong dan enggan menanggapi ceracauku. aku mengenalmu maka dari sorot matamu pun aku langsung tau bahwa kau menyembunyikan sesuatu, ya sesuatu yang justru membuatku semakin ingin tau.
 Aku mengenalmu,seperti mengenal tubuhku sendiri,setiap inci,setiap tarikan nafas setiap aliran darah,aku merasakannya. keterikatanku padamu bukan keterikatan fisik semata,lebih dari itu,maka aku slalu pastikan bahwa aku mengenalmu luar dalam. satu hal yang aku yakini sampai sekarang.
Aku bukan orang yang gandrung bersosialisasi di media sosial,tapi karna curiga dan rasa ingin tau, membuat aku lebih peka dari agen rahasia manapun,maka aku mulai mencari-cari dan membaca semua postingan di wall medsos itu,  betapa terkejutnya aku ketika menemukan begitu banyak tulisan dan foto-foto perempuan yang tidak aku kenal,perempuan yang menurut dugaanku pemilik sepatu kets biru itu. “jika wall mesdosmu penuh dengan tulisan dan foto perempuan itu,pastilah sesuatu yang besar telah terjadi dengan hatimu” dengan emosi kukirim pesan itu ke ponselmu. dan kau kekasih masih saja berkilah “tak ada hal besar yang terjadi dalam hidupku dalam hatiku, hanya kamu yang sungguh-sungguh aku mau, aku tunggu” astaga,aku nyaris meledak membaca balasan pesan itu. Sampai kapan kau akan terus berkilah membohongiku.
**
Harus kuakui akhir-akhir ini kita disibukkan dengan rutinitas pekerjaan,terutama aku,sangat tersisa sedikit waktu bagi kita untuk slalu bersama, tapi aku menyakini bahwa kita saling mencintai tak ada satupun atau apapun yang bisa merubah dan memisahkan kita.
Lima tahun,ya lima tahun bersama kurasa bukan waktu yang pendek untuk saling percaya,untuk saling mengerti dan berbagi,karenanya aku mempercaimu,mempercai rasa dan ikatan yang kita miliki,aku menyakininya, sampai kutemukan sepatu kets biru itu,sepatu kets yang membuatku mencurigaimu,membuat aku menyadari bahwa di balik ikatan yang kokoh tersimpan sesuatu yang yang sangat rapuh,yang siap memporak-poranakan semuanya,,,ya semuanya.

***
Bukan bantahan yang ingin ku dengar dari mulutmu,bukan juga pengakuan atas penghianatanmu,bukan bukan itu yang membuatku sungguh-sungguh terluka.sudah seringkali aku bilang padamu,aku tidak mau mencintaimu dengan egois,aku ingin kita saling mengerti dan memahami, bahkan  jika salah satu dari kita mulai menyukai orang lain maka kita akan saling terbuka membicarakannya bukan menyembunyikan fakta, kamu ingat itu kan, ku pastikan kamu ingat,karna bukan sekali dua kali kita membicarakan ini,kamu masih ingat jawaban yang selalu keluar dari bibir indahmu “tidak,aku tidak mungkin melakukan itu, menyia-nyiakan orang terpenting dalam hidupku,hanya ada kamu,slamanya kamu” aku hanya tersenyum menanggapi ucapanmu.
Entahlah sepertinya aku memang sudah bisa memprediksikan atas penghianatan yang kamu lakukan ini jauh sebelum itu terjadi,tapi sungguh diluar dugaanku jika kamu akan mensikapinya dengan sepengecut ini. Setelah semua fakta  menyudutkanmu,kamu masih juga berkilah,kamu masih saja menyangkal. seandinya dari awal  kamu menjawab dengan sejujurnya, mungkin aku tak akan seterluka seperti saat ini.tapi sudahlah tak ada yang perlu disesali  yang terjadi,meski tak mudah aku harus pergi,pergi tampa rasa benci.

****
Dan disinilah aku sekarang,menyembunyikan luka di sebuah kota yang tak terdapat dalam peta, berjuang melawan sakit dan benci yang tidak ingin kutunjukkan pada siapapun,tidak padamu ataupun mereka yang turut prihatin atas kisahku.meski tak mudah,meski butuh waktu yang sampai entah,tapi aku tak akan menyerah, aku akan tetap berjuang untuk baik-baik saja dan tetap berdo’a smoga kamu bahagia.

"lelaki pengirim ombak"





Lelaki pengirim ombak
 
Hei  perempuan
Adakah lagi yang kau tunggu
 mematung dibibir pantai
hingga  sesenja itu

aku menunggu sebuah kabar
Yang dibawa ombak”
Jangan gila
Ombak hanya serupa buih
Ia Tak bisa berkirim kabar
Apalagi menulis sebuah pesan

****
“bakas pengirim umbak”
Hei bebai
Apilagi sai ditunggu
Mematung dipingger lawok
Sampai semanom sina
“nyak nunggu kabar sai diusung umbak”
Dang luwangan
Umbak no angkah buih
Iya mak dapok ngirim kabar
Apilagi nulis kon pesan

"perempuan yang mencintai hujan"



“Perempuan yang mencintai hujan”
1
Di bulan juni sapardi menulis puisi
“adakah yang lebih tabah dari hujan bulan ini”
Di hari lain januari mencatat kisah
“tak ada yang lebih tabah dari hati yang terlukai”
2
“sejak kapan hujan menjelma di mata indahmu”
Tanya bangku lapuk di pantai itu
“sejak tak lagi ia sisipkan rindu  di helai rambutku”
Jawab permempuan berpipi merah jambu
  

“Bebai sai mencintai terai”
1
Di bulan juni sapardi nulis puisi
“wat awat sai lebih tabah jak terai bulan sinji”
Di rani lain januari nyatat kisah
“mak ngedok sai lebih tabah jak hati sai katan”
2
“jak kapan terai menjelma di mata helaumu”
Tanya bangku rapuh dilawok sina
“sejak ia mawat selipkon lagi tiram di helai buwokku”
jawab