Kamis, 17 April 2014

Salui Pitu

foto duta suhanda


Salui Pitu
By : elly dharmawanti

“Aku  kisahkan   kembali  padamu,  tentang  dongeng  masa  lalu”
*
Pekon balak suatu sore, kembali aku mengunjung among Unah di kediamannya yang asri,rumah panggung tua, dengan tiang-tiang penyangga yang kokoh, halaman luas penuh aneka plawija “tanah batu brak teramat subur, sayang kalau hanya di biarkan kosong” ujarnya suatu siang ketika  aku menemani dia menanam cabe di pekarangan.
Bukan tampa alasan aku suka dan teramat sering mengunjugi perempuan bercucu dua belas  ini di kediamannya.Perempuan yang diusia senja lebih memilih tinggal bersama seorang  anak dari sepupunya di rumah peninggalan suami  ketimbang ikut anak-anak ke kota.Selalu ada kerinduan dan rasa penasaran yang dalam, terhadap perempuan itu, perempuan yang kerap menceritakan tentang kisah-kisah masa lalu.
Aku bahkan rela, berpanas-panas di terik matahari membantu Among Unah menanam  aneka sayuran, dengan harapan setelah selesai nanti dia dengan rela akan bercerita mengisahkan dongeng-dongeng masa lalu yang tidak kudapati dalam buku.
Seperti sore ini, setelah lelah menanam ubi di pekarangn rumahnya yang luas, aku menemani  Among Unah duduk di beranda, ditemani kopi panas dan ubi goreng kesukaannya, aku dengan sabar menunggu ia bercerita. Sambil menyeruput  kopi, ia terkekeh, melihat aku yang mulai gelisah  duduk menunggu ia bersuara.
 **
Syahdan di kerajaan sekala brak dulu dipimpin oleh seorang raja yang cakap lagi bijak ana, seluruh isi negri makmur, sandang pangan berlimpah ruah.raja sangat di cintai rakyatnya. Raja dan keluarga besarnya tinggal di  lamban gedung, sebuah rumah panggung yang megah dan luas,yang di halaman belakangnya membentang hamparan sawah dan pegunungan asri dengan jejeran pohon bambu berbaris rapi.
Bukan hanya itu, di belakang  lamban  gedung pun  terdapat sumber mata air yang sangat jernih dan  melimpah ruah, menurut cerita sumber air ini tidak pernah kekeringan, bahkan kala kemarau tiba. Tak ada yang tau persisi dari mana  sumber airnya. Para putri raja sangat senang bermain dan mandi di sini, karena raja memiliki tujuh orang putri maka sumber air tersebut di rawat dan di buat kolam pemandian dengan tujuh buah pancuran yang bisa digunakan oleh ketujuh putri. Kolam pemandian inipun di beri nama salui pitu yang artinya pancuran tujuh.

***
Pada suatu ketika,kerajaan sekala brak di landa musim kemarau berkepanjangan, sawah ladang kering terbengkalai, ternak  mati, begitu juga dengan rakyat sekala brak, banyak yang menderita kelaparan karena kekurangan bahan pangan. Alkisah seluruh isi negri bersedih, wajah-wajah berubah muram, tak ada harapan, sementara hujan yang mereka nantikan tak kunjung tiba.

Raja sangat sedih melihat penderitaan rakyatnya,ia mengerahkan seluruh orang kepercayaan, menempuh hutan belantara mencari sumber air yang bisa di manfaatkan oleh rakyat sekala brak.Akan tetapi semua pulang dengan sia-sia, tak seorangpun dari mereka menemukan sumber air.
Melihat  sang ayah sedang dalam kesusahan para putri pun sepakat,  mebiarkan kolam pemandian mereka di gunakan untuk kepentingan bersama, siapapun bisa memanfaatkan tempat tersebut  asal di rawat dan di jaga kebersihannya.
Mendengar  keputusan para putrinya, raja sangat terharu dan bahagia, maka segera ia membuat pengumuman bahwa siapa saja boleh mandi dan memanfaatkan air di salui pitu tersebut. Sejak  saat itu salui pitu selalu ramai di kunjungi oleh warga dari berbagai pelosok desa. Dan karena ketulusan budi para putrid raja, maka salui pitu di berkati para dewa. “barang siapa yang mandi dan mensucikan diri di salui pitu, ia akan di berkati kecantikan dan ketulusan hati  seperti para putri raja”
Among unah berhenti sejenak, menghirup kopi yang mulai dingin, lantas ia tertawa menggodaku “ kalao kamu mau secantik putri raja, mandilah ke salui pitu sekarang juga”




*special thanks to warga batu brak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar