foto duta suhanda |
Salui
Pitu
By :
elly dharmawanti
“Aku
kisahkan kembali padamu,
tentang dongeng masa
lalu”
*
Pekon
balak suatu sore, kembali aku mengunjung among Unah di kediamannya yang
asri,rumah panggung tua, dengan tiang-tiang penyangga yang kokoh, halaman luas
penuh aneka plawija “tanah batu brak teramat subur, sayang kalau hanya di
biarkan kosong” ujarnya suatu siang ketika aku menemani dia menanam cabe di pekarangan.
Bukan
tampa alasan aku suka dan teramat sering mengunjugi perempuan bercucu dua belas ini di kediamannya.Perempuan yang diusia
senja lebih memilih tinggal bersama seorang
anak dari sepupunya di rumah peninggalan suami ketimbang ikut anak-anak ke kota.Selalu ada
kerinduan dan rasa penasaran yang dalam, terhadap perempuan itu, perempuan yang
kerap menceritakan tentang kisah-kisah masa lalu.
Aku
bahkan rela, berpanas-panas di terik matahari membantu Among Unah menanam aneka sayuran, dengan harapan setelah selesai
nanti dia dengan rela akan bercerita mengisahkan dongeng-dongeng masa lalu yang
tidak kudapati dalam buku.
Seperti
sore ini, setelah lelah menanam ubi di pekarangn rumahnya yang luas, aku menemani Among Unah duduk di beranda, ditemani kopi
panas dan ubi goreng kesukaannya, aku dengan sabar menunggu ia bercerita.
Sambil menyeruput kopi, ia terkekeh,
melihat aku yang mulai gelisah duduk
menunggu ia bersuara.
**
Syahdan
di kerajaan sekala brak dulu dipimpin oleh seorang raja yang cakap lagi bijak
ana, seluruh isi negri makmur, sandang pangan berlimpah ruah.raja sangat di
cintai rakyatnya. Raja dan keluarga besarnya tinggal di lamban
gedung, sebuah rumah panggung yang megah dan luas,yang di halaman
belakangnya membentang hamparan sawah dan pegunungan asri dengan jejeran pohon
bambu berbaris rapi.
Bukan
hanya itu, di belakang lamban gedung
pun terdapat sumber mata air yang sangat
jernih dan melimpah ruah, menurut cerita
sumber air ini tidak pernah kekeringan, bahkan kala kemarau tiba. Tak ada yang
tau persisi dari mana sumber airnya.
Para putri raja sangat senang bermain dan mandi di sini, karena raja memiliki
tujuh orang putri maka sumber air tersebut di rawat dan di buat kolam pemandian
dengan tujuh buah pancuran yang bisa digunakan oleh ketujuh putri. Kolam
pemandian inipun di beri nama salui pitu yang artinya pancuran tujuh.
***
Pada
suatu ketika,kerajaan sekala brak di landa musim kemarau berkepanjangan, sawah
ladang kering terbengkalai, ternak mati,
begitu juga dengan rakyat sekala brak, banyak yang menderita kelaparan karena
kekurangan bahan pangan. Alkisah seluruh isi negri bersedih, wajah-wajah
berubah muram, tak ada harapan, sementara hujan yang mereka nantikan tak
kunjung tiba.
Raja
sangat sedih melihat penderitaan rakyatnya,ia mengerahkan seluruh orang
kepercayaan, menempuh hutan belantara mencari sumber air yang bisa di
manfaatkan oleh rakyat sekala brak.Akan tetapi semua pulang dengan sia-sia, tak
seorangpun dari mereka menemukan sumber air.
Melihat sang ayah sedang dalam kesusahan para putri
pun sepakat, mebiarkan kolam pemandian
mereka di gunakan untuk kepentingan bersama, siapapun bisa memanfaatkan tempat
tersebut asal di rawat dan di jaga
kebersihannya.
Mendengar keputusan para putrinya, raja sangat terharu
dan bahagia, maka segera ia membuat pengumuman bahwa siapa saja boleh mandi dan
memanfaatkan air di salui pitu tersebut. Sejak saat itu salui
pitu selalu ramai di kunjungi oleh warga dari berbagai pelosok desa. Dan
karena ketulusan budi para putrid raja, maka salui pitu di berkati
para dewa. “barang siapa yang mandi dan mensucikan diri di salui pitu, ia akan di berkati kecantikan dan ketulusan hati seperti para putri raja”
Among
unah berhenti sejenak, menghirup kopi yang mulai dingin, lantas ia tertawa
menggodaku “ kalao kamu mau secantik putri raja, mandilah ke salui pitu sekarang juga”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar